Mbahjarot. Sore itu, saya dan ke-3 teman sudah usai mengunjungi salah satunya desa di wilayah Kabupaten Temanggung. Persisnya di Desa Pejaten, Dusun Kembangsari, Kecamatan Kandangan. Tujuan dari jadwal perjalanan ini yaitu untuk lakukan pendataan dan penghimpunan data info tentang sumber daya (baik alam, sosial, atau budaya) di salah satunya dusun yang berada di Jawa tengah. Jadwal pra acara ini mempunyai tujuan untuk meminimalisasi ada ketidaksamaan konsepan aktivitas pendayagunaan warga dengan keadaan riel satu wilayah.Istirahat di Angkringan
Hari sudah berbeda, matahari sudah ditukar oleh sinar beberapa lampu. Kami, meneruskan perjalanan ke arah Kabupaten Kebumen untuk menyaksikan keadaan sosial-budaya dan lingkungan yang kemungkinan berbeda jauh.Azan Maghrib ikut didengungkan di masjid-mushola tiap desa. Sementara, isi kepala saya masih memvisualisasikan bentuk riil wilayah Desa Pejaten beberapa belas tahun lalu. Sama seperti yang dikatakan oleh salah satunya figur warga yaitu Kang Ma'ruf yang paling religius dan berbudaya. Pertama kali dia tiba, kondisi sosial-budaya warga demikian mistik kental akan nilai-nilai tradisi istiadat nenek moyang. Demikian ucapnya.
Setelah itu, kami berubah meneruskan perjalanan ke arah Dusun Langse yang ada di daerah Kabupaten Kebumen. Malam yang hangat beralih menjadi mengigil karena temperatur dingin 18 derajat celsius dan hujan gerimis kecil dan kabut putih temani sejauh perjalanan motoran kami.Di tengah-tengah perjalanan kami menyisih dalam suatu angkringan yang dinamakan Arimi di Jalan Temanggung-Wonosobo. Percakapan mengucur sambil nikmati susu jahe dan nasi bakar ayam yang pasti sedaap yang murah dan meriah.Saya dan rekan-rekan berunding berkenaan jalur jalan yang hendak kami lalui. Ada dua pilihan jalur untuk sampai di dalam rumah salah satunya teman kami yang sama jadi sisi dari organisasi wilayah KM-Jateng Bandung. Pertama, melalui jalur Magelang-Purworejo yang pasti masih ramai oleh beberapa orang yang beraktivitas tetapi jarak menempuh lumayan jauh. Ke-2 , melalui jalan alternative Wonosobo-Banjarnegara yang lebih efektif dalam memaksimalkan perkiraan jarak dan waktu pintas.Laju Gas Kopling Memiliki irama
Sesudah menyetujui jalur jalan, saya dan rekan-rekan juga pilih pilihan ke-2 untuk memotong waktu supaya segera tiba di tujuan. Malam itu, memperlihatkan sekitaran jam 21.43 WIB, kami juga segera tinggalkan Kabupaten Wonosobo yang mempunyai kesan dingin ayem untuk golongan urban seperti kami. Benar-benar, mode jalanan terjal nanjak-turun dan sepi kami sikat dengan beberapa sisa tenaga yang kelihatannya mulai capek rindukan kata benda "tiduran" kalangan muda. Awalnya, masing-masing dari kami sudah tempuh beberapa ratus km untuk janji jumpa di wilayah Bantul, Yogyakarta. Jadwal perjalanan ini salah satunya yaitu lawatan komparasi dalam organisasi wilayah Ikatan Keluarga Siswa Mahasiswa Jawa tengah (IKPM) yang berada di Yogyakarta. Disamping itu, kami ikut memeriahkan acara KAPANG 3 di Gedung Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta yang diinisiasi oleh Komunitas Bersilahturahmi Mahasiswa Tangkai (FORSIMBA). Juga seringkali, kami jadi wisatawan lokal pulang-pergi Bantul ke Yogyakarta Bantul ke Sleman dan Bantul ke Gunungkidul sepanjang ada di wilayah yang betul-betul mempunyai ruangan spesial . Maka, wajar jika kemampuan fisik kami tidak konstan, baik pemikiran atau tenaga.
Mengingat waktu telah makin tengah malam, kami putuskan stop 1x kembali untuk sekedar isi bahan bakar full pertalite memperhitungkan kekurangan bensin di tengah perjalanan. Kami nikmati malam yang sepi bersama kendaraan beroda 2 dengan ditolong panduan jalan Google Maps yang ada. Kami jarang-jarang berhubungan keduanya, konsentrasi mainkan pergerakan kopling gas memiliki irama, rem tipis-tipis di tikungan pelintasan jalan, dan cekatan menghindar beberapa lubang jalan yang berisi air dan kerikil pasir.Ditengah-tengah perjalanan. Saat itu juga, Wahidah, salah satunya teman kami yang wanita tunggal dalam pra jadwal perjalanan ini cemas. Mendadak dia berseru keras pada saya."Zhur lenyap sadar. Pemikiran dan sorot matanya kosong."Saya juga cemas, takut dia tidak dapat kembali mengontrol motor supra kepunyaannya dan peluang terjelek nyungsep ke luar pelintasan jalan dan masuk ke jurang atau semak-semak. Merinding
saat menyisih, karena salah satunya teman kami tidak konstan dan info peta jalan yang ganjil. Dokumentasi individu.Saya dan teman-teman juga putuskan stop di satu titik sesudah jembatan pembatas di antara satu dusun dengan dusun yang lain. Untung, masih tetap ada sejumlah rumah masyarakat, namun tidak ada yang dapat menjadi pembicara panduan arah untuk ke arah Dusun Langse. Waktu telah masuk larut malam, sekitaran jam 23.41 WIB. Kami,
sekarang sedang ada di keadaan darurat. Pasalnya google maps sebagai panduan arah dalam peralihan perjalanan kami ini memberi dua pilihan peta jalan yang lain dan tidak logis.Aneh, peta jalan pertama kami ditujukan ke jalanan bertangga yang ada saat sebelum jembatan penyambung dusun. Pasti tidak rasional. Karena jalanan tangga itu tidak semestinya dilewati oleh kendaraan beroda 2. Ke-2 , kami ditujukan ke jalanan berkontur tanah di paling ujung beberapa rumah masyarakat Saat itu, ke-3 teman memerintah saya meluncur paling depan. Saya menaksir: supaya bisa selekasnya datang kemungkinan harus melalui jalanan tanah yang pada waktu itu di monitor handphone perkiraannya 9 menit kembali. Dengan berani saya lalu pancal gas dan membelok kiri sama sesuai panduan peta jalan. Langsung, saya terkejut dan terguncang. Kami pas stop sejajar dengan keranda jawa dan di muka saya ialah makam. Ternyata kami telah mencapai tanah teras makam.Tidak, tidak ada jalan, ini bukanlah jalan khusus. Saya memberitahu ke-3 rekan, dengan sorot mata masih menyaksikan keranda jawa yang paling mengerikan untuk saya individu semenjak sejak dari sekolah dasar. Tanpa berpikiran panjang, kami juga kembali arah dengan hati bergidik disko menanamkan gas secepatnya.
Saya khawatir keranda mayat itu terbang dan mendekati seperti pembicaraan periode kanak-kanak yang saya rasakan dahulu di Salatiga.Hingga pada akhirnya, kami juga meneruskan perjalanan sama sesuai panduan peta jalan khusus dan datang di dalam rumah teman kami yang ada di belakang Kantor Dusun Langse, Kec. Karangsambung, Kabupaten Kebumen. Ya. Sesudah menyetujui jalur jalan, rupanya kami telat mengetahui jika sedang melingkari lintasi jalanan yang bertembok rimbun pohon pegunungan dalam kesunyian malam.Ini sebagai just ride menakutkan sepanjang perjalanan tualang dan kelana yang sempat saya lewati. Kemudian, saya coba tenang santai dengan nikmati kopi hangat dan coklat ekstra di ruangan tamu sambil dengarkan nyanyian kidung "Kelayung-layung" yang baru saya dengar kembali sesudah demikian purnama. Terima kasih beberapa orang yang turut serta dan terbeban dalam jadwal perjalanan seminggu ini. Spirit of Java seperti periode kanak yang tercipta kembali.
sumber cerita Luqman Dicky Kurniawan Kumparan
Comments
Post a Comment