Pengusaha hotel banyak yang kolaps di tengah pandemi sehingga tak sedikit yang mengobral aset seperti yang terjadi di Jogja dan daerah lainnya. Di sisi lain ini bisa jadi peluang bagi investor saat ini untuk mendapatkan hotel di bawah harga pasar.
"Tergantung persepsi investor, kalau outlook-nya long term atau jangka panjang ini opportunity, karena banyak desperate asset yang lagi merana, artinya okupansi rendah, operasional nggak ketutup, sehingga banyak orang yang mau jual tapi harganya menarik dengan diskon bisa dinego," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto kepada Mbah jarrot
Dengan demikian, saat ini pemilik hotel
memiliki sifat yang lebih bisa diajak berdiskusi. Jika beberapa tahun silam aset ini memiliki nilai besar karena industri yang berkembang pesat, maka saat ini banyak yang berada undervalue.
Namun, bagi pelaku usaha yang menginginkan adanya return cepat maka investasi di sektor ini kurang menguntungkan. Banyak yang menjadi tanggungan, sementara omset tidak bisa menutupi. Sebagian besar pemerintah daerah enggan menurunkan pajak bumi bangunan (PBB) karena merupakan bagian dari pendapatan asli daerah (PAD) yang besar, begitu juga PLN yang belum memberi keringanan bagi listrik industri termasuk hotel.
"Ada owner yang ya udah jual aja, yang penting laku dulu, daripada nombok terus untuk operasional. Daripada dia pegang terus-terusan malah jadi beban, itu kan malah tambah dalam kerugian mereka. Jadi situasional penurunannya. Kita nggak bisa bilang sekian %, tapi case by case. Kalau owner lagi susah, negonya bisa lebih dalam," sebut Ferry.
Comments
Post a Comment