Skip to main content

Restoran legendaris Rindu Alam

 Mbahjarot jakarta - Rasa bahagia  & senang  menyelimuti naturalis Alfred Russel Wallace saat pertama kali menginjakkan kaki pada Bogor (Buitenzorg). Seperti yg ditulis pada bukunya yg berjudul The Malay Archipelago (1869): Bagi orang yg sudah usang   tinggal pada wilayah yg lebih panas, Buitenzorg sebagai wilayah yg nyaman, udaranya selalu segar & menyenangkan.

Benar saja, hal itu masih diamini hingga hari ini. Apalagi waktu kunjungan diarahkan ke wilayah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Tempat tadi telah tentu menciptakan mereka yg berkunjung akan menerima suasana nyaman pada menikmati udara segar sekaligus menyenangkan.Namun, Puncak tidak melulu menunjukkan hal itu. Sebab, bagi beberapa orang, berjalan ke Puncak senantiasa bisa memutar saat buat bernostalgia akan  hal, keliru salah satunya  mengunjungi restoran legendaris Rindu Alam.

Hal yg niscaya, bukan tanpa alasan Rindu Alam sebagai top of mind warga  saat ke Puncak. Selain restoran ini menjadi loka makan tertua pada zenit  yg dibangun dalam tahun 1980. Tawaran rasa menurut kuliner yg hidangkan setara bintang 5 dan suasananya yg sejuk & nyaman, membuahkan restoran ini selalu inheren pada hati para pelancong.Tak terkecuali bagi Rizky Saragih (29) yg sehari-hari bekerja menjadi pegawai partikelir pada Jakarta. Rizky sekeluarga acapkalikali kali memanfaatkan libur akhir pekan menggunakan berkunjung beserta famili ke Puncak. Dari banyaknya lokasi yg biasa disinggahinya pada Puncak, paling acapkalikali merupakan kunjungan ke restoran Rindu Alam.

Baginya restoran ini mempunyai daya magis yg bisa mengundang siapa saja buat tiba balik . Apalagi imej Puncak yg selalu macet dalam akhir pekan, maka paripurnalah Rindu Alam, menjadi sempurna pemberhentian waktu tiba & pergi menurut Puncak.“Bagaimana nir inheren, poly alasan bertenaga restoran Rindu Alam benar-benar sebagai top of mind aku  saat menyebut wilayah Puncak. Mulai menurut meeting atau ending point saat touring, hingga mengisi perut yg lapar selesainya lelah mengendarai kendaraan pada wilayah Puncak yg umumnya ramai & macet,” katanya, dihubungi Rabu, 26, Februari.

Tak hanya itu. Ia pun menambahkan, “selain itu jua nama restoran Rindu Alam benar-benar sangat membumi. Secara brand, nama restoran ini telah sangat komplit buat memenuhi cita-cita penikmat masakan para pelancong wilayah zenit , walaupun tidak mampu dipungkiri secara harga relatif lebih tinggi dibanding restoran lainnya didaerah serupa.”


Lantaran acapkalikali kali berkunjung, Rizky hingga-hingga mempunyai sajian favorit pada restoran ini, yaitu nasi timbel sampai ayam goreng bersama sambal cobek. Bahkan, dia masih mengingat sensasi kala membuka nasi yg dibungkus daun pisang, “sahih-sahih kepulan asapnya menciptakan nafsu makan sebagai meningkat,” tambahnya.Uniknya, memori tidak hanya berada pada pada restoran. Bagian luar, tepatnya pada parkiran, memori latif kunjungan masih terpatri kentara pada ingatan Rizky. “Tidak dipungkiri, jajanan lokal spesial   wilayah Puncak yg dijajahkan sang pedangan pada area parkir kendaraan beroda empat menambah value tersendiri. Jajanan spesial   menurut moci, gemblong, hingga mainan layangan berukuran akbar  sebagai hidangan yg menciptakan mereka yg mempunyai anak pas merengek buat sejenak membeli.”


Hal yg sama diungkap juga sang Rizki Rakhmat Abdullah. Ia yg bekerja menjadi Content Creator pada Ibu Kota mengungkap, “jika ke Puncak selalu mampir pada sana (Rindu Alam). Dan memang, selain parkirannya luas, pemandangannya jua asyik.”


Terkenal sedari dulu


apabila ditelusuri, semenjak pertama kali beroperasi dalam tahun 1980-an sampai awal 2000-an merupakan masa pada mana Rindu Alam sedang jaya-jayanya. Itu berkat warga  generik yg ingin berlibur ke Bandung, Jawa Barat, niscaya melintasi daerah Puncak & singgah pada restoran ini. Karenanya, Rindu Alam tidak pernah sepi pengunjung, baik menurut pengunjung lokal juga mancanegara.
Sampai-hingga, beberapa pada antara pengunjung poly yg nir kebagian kursi buat merasakan sajian kuliner pada tempat tinggal   makan milik mantan Panglima Kodam Siliwangi Lethen Ibrahim Adjie.  Alasannya, sederhana. Saat itu belum poly restoran serupa yg menunjukkan sensasi makan menggunakan suasana hening pada ketinggian 1.443 Mpdl, ditambah indahnya perkebunan teh.

Sayangnya, lantaran makin menjamurnya loka-loka makan baru menggunakan harga bersaing pada sepanjang jalur menuju Puncak, ditambah problema klasik misalnya kemacetan, menciptakan Rindu Alam tidak seramai dahulu. Walau begitu, permanen saja. Orang yg merindu menggunakan suasana makan pada Rindu Alam permanen tiba balik .

Ada yg beralasan mengenang nostalgia masa lalu, terdapat yg tiba menggunakan alasan menikmati nikmatnya sajian kuliner yg disajikan, dan terdapat juga yg spesifik tiba beserta famili buat mencicipi nyamannya suasana pada Rindu Alam.Apapun alasannya, yg kentara bukan cuma warga  biasa saja yg melakukan kunjungan. Sederet nama akbar  pesohor negeri, hingga mantan Presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yodhoyono pernah berkunjung ke loka ini.


Terpaksa pada tutup

Sayangnya, Restoran Rindu Alam yg legendaris semenjak semenjak februari 2020 akan ditutup. Hal itu relatif menyayat hati bagi mereka yg mempunyai memori latif pada loka tadi. Penutupan tadi beralasan lantaran kontrak aset antara pihak restoran & Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah terselesaikan.

Tambah beratnya lagi, pada lokasi ini nantinya akan difungsikan menjadi daerah hijau. Keputusan itu tentu beralasan. Apalagi, bangunan pada Puncak acapkalikali disalahkan menjadi penyebab banjir. Namun, terdapat asa Restoran Rindu Alam bisa beroperasi balik .Hal itu diungkap sang Kepala Seksi Aset Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Yayat Sutarya. Ia mengatakan, terdapat kemungkinan restoran legendaris ini beroperasi balik  bila permohonan perpanjangan kontrak disetujui sang Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Lantaran telah terselesaikan sinkron perjanjian, kita tutup dulu. Kalau nanti permohonan (perpanjangan) disetujui, mampu beroperasi lagi," tutup Yayat pada keterangannya pada Merdeka.com.

sumber Merdeka dan Gendutmakanterus


Comments

Popular posts from this blog

Tiga Nyai dari Tanah Sunda yang Buat Meneer Belanda Terpikat

Bandung - Nyai, sebuah panggilan yang lumrah terpasangkan ke orang wanita khususnya yang dari tanah Sunda. Tapi pada zaman penjajahan, pemaknaan panggilan Nyai punya konotasi yang tidak terlalu baik.Diperlihatkan dengan info panggilan Nyai di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Nyai n 1 panggilan untuk orang wanita yang belum atau sudah kawin; 2 panggilan untuk orang wanita yang umurnya lebih tua dibandingkan orang yang panggil; 3 gundik orang asing (terutama orang Eropa)| Lalu panggilan nyai tapi dengan pengulangan di KBBI, nyai-nyai n panggilan ke wanita simpanan orang asing. Dalam buku Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda kreativitas Reggie Bay, sang penulis menerangkan istilah Nyai yang digunakan dari bahasa Bali. Kata itu ada bersama dengan peristiwa wanita Bali yang menjadi gundik atau wanita simpanan dari sebagian orang Eropa. Sang nyai dikabarkan akan ditinggalkan oleh orang asing begitu mereka kembali pulang. Tapi, dalam beberapa kasus ada orang asing yang benar-benar jatuh hati s

Kampung mati jatinegara

  Mbah jarot .Ada sebuah kampung terbengkalai dimana kampung ini pada kenal menggunakan nama Kampung Vietnam , & pada kampung ini terdapat keliru satu sosok yg syahdan pungkasnya dia merupakan seseorang rakyat  vietnam yg pernah tinggal pada kampung ini. Bagaimana kisah selengkapnya? simak cerita berikut Jangan lupa berikan like & komentarnya " Kampung Vietnam " pada Kramat Jati, Jakarta Timur, masih dihuni 13 ketua keluarga (KK). Tak perlu banyak  orang yg memahami pada daerah tadi masih ada bangunan yg dikenal rakyat  lebih kurang menjadi Kampung Vietnam . Bahkan beberapa pada antaranya menyebut Kampung Mati Vietnam karena keangkerannya yg masih tersohor sampai ketika ini. Terletak pada Jalan Diklat Depsos RT 13/3, Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur, lokasi ini adalah eks evakuasi rakyat  Vietnam & panti jompo lebih kurang tahun 1980-an. Sebelum dikenal menjadi kampung mati   Vietnam, perkampungan yg berada pada daerah Kramat Jati, Jakarta Timur ini dulunya m

Ganjar pranowo tengok anak anak pengungsi gunung Merapi

 Karena anak-anak kita berhak memeroleh bahagia di manapun. Saat nengok saudara2 di pengungsian Gunung Merapi ini, saya bungah mendengar tawa mereka. Eh lha kok malah ada yang baru melahirkan. Jagong bayen sekalian. Tetep sehat nggih. Dan terus patuhi spt yg tertulis di kaos ibu2 yg sedang goreng mendoan itu. #GanjarPranowo